DR. Kanjeng Raden Tumenggung H. Hardi Mulyono Kartonegoro Surbakti, SE., MAP.,: Langkah Cermat Anak Kebon

“Dulu,  jika disebut anak kebon, terbayang sosok yang lugu, tidak maju dan yang setaranya. Padahal  panggilan nomenkelatur Kebon, amat menarik ketika ditelusuri. Kawasan Kebon atau perkebunan sejak tahun 1820 telah menjadi sentral pertumbuhan ekonomi. Wilayah ini merupakan pengeluaran pertumbuhan ekonomi yang berorientasi politik. Memang, pada hipotesa awal ada ketimpangan ruang (spatial distance) dan ekonomi. Tetapi, hal itu tertepis dengan integrasi ekonomi politik dengan Eropa hingga hari ini (Yusnar Yusuf, 1997). Sulit dibayangkan, ternyata kawasan Kebon inilah lahir berbagai fenomena ekonomi, politik dan agama. Mulai dari istilah neo-kolonialisme,  Mudin  (petugas urusan fardhu kifayah) dan sumber kekuatan politik massa. Bahkan, para intelektual keilmuan lahir dari kawasan “Kebon”. Sesuatu yang anyar memang, ketika hari ini lahir seorang wartawan yang merubah kariernya sebagai politisi dan kemudian menekuni dunia pendidikan sebagai rektor university.” – (KH. Dr. Yusnar Yusuf Rangkuti, M.Sc. Ph.D., Ketua Umum PB Al Jam’iyatul Washliyah).

“Buku ini menggambarkan perjalanan jauh dan panjang seorang anak manusia menuju seorang yang berilmu, terpelajar, menjadi wartawan, anggota senat atau wakil rakyat yang juga sekaligus ilmuwan. Sebagai rektor menjadi inspirasi bagi seluruh civitas akademika UMN Al-Washliyah dan memotivasi semua pihak untuk berkreasi membentuk karakter baik yang penuh semangat. Menjadi seorang anak yang pergi sekolah setiap hari, belajar mengaji setiap malam, kuliah setelah menikah, berhasil menjadi seorang yang bersikap profesional dan kompeten dalam kerja dan usaha. Bersahabat pada semua orang dan menjadi sahabat semua orang adalah kunci keberhasilan hidup. Jalan menuju sukses dimulai dengan belajar, bekerja dan berusaha semaksimal mungkin.” – (Prof. H. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D., Kepala LLDIKTI Wilayah I Sumatera Utara).

“Apa dan bagaimanapun langkah Hardi, sesungguhnya adalah cerminan dari karakter Hardi yang kukenal. Dia itu nakal. Namun, dalam artian positif. Kenakalannya itu dilakukannya secara jujur dan lebih untuk kepentingan orang banyak dibanding kepentingan pribadinya. Hardi juga tipikal yang spontan, baik dalam mengungkapkan kemarahannya kepada orang lain, maupun spontan dalam hal mengakui kesalahannya.” – (H. Ajib Shah, S.Sos., tokoh masyarakat Sum. Utara, Ketua DPRD Sumut tahun 2014-2016).